Sobat Blogger....
Kalo dengar kata Toraja pasti
yang terbesit di dalam benak M@s Letterno pertama kali adalah pertama bentuk
Rumah yang khas asli Toraja dan setelah itu kebiasaan yang selama ini kita
dengan bahwa di daerah tersebut cara menguburkan orang meninggal dengan cara “
Mayat Berjalan Sendiri “
Nah.... karena rasa heran yang
tinggi itulah maka M@s Letterno saat berkunjung ke daerah Toraja yang diniatkan
pertama kali adalah harus dan kudu melihat dengan mata kepala sendiri tempat
pemakaman aneh tersebut, maka setelah mencari informasi dari masyarakat sekitar
disebutlah tempat pemakaman yang bernama “ MAKAM LONDA “
Maka dengan semagat 45 kita
menuju kesana dan dari pemandu wisata kami Daeng Natan di Toraja bilang, jika
kamu belum ke Londa maka kamu belum ke Toraja. Ya, di Londa Sobat akan berwisata
yang tak lazim. Mengunjungi kubur !
Tapi jangan ngeri lebih dulu. Kubur atau makan di Londa tidak
seperti makam pada umumnya. Tradisi orang Toraja yang bertahan ratusan tahun,
membuat makam di Londa menjadi unik dan layak dikunjungi.
Makam di Londa merupakan gua alam di sebuah tebing batu.
Objek wisata ini berada di Desa
Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Lokasinya sekitar 7 kilometer arah Selatan
Kota Rantepao, yang merupakan pusat pariwisata dan akomodasi bagi wisatawan.
Londa mudah dicapai dengan
kendaraan umum baik mobil, motor sewaan, ataupun ojek. Sebuah gapura menjadi
sambutan selamat datang di Londa. Bayarlah karcis masuk dan sewalah lampu
petromaks.
Jangan lupa petromaks
Disana Sobat Blogger wajib
membawa penerang untuk masuk ke gua alam Londa. Seorang pemandu yang akan
membawa petromaks akan menemani perjalanan kita.
Sewa petromaks hanya Rp 30.000
dan Sobat bisa memberikan tips sesuka hati kepada pemandunya.
Sejumlah anak tangga harus
dituruni sebelum mencapai tebing batu yang lumayan tinggi. Di tebing batu
itulah terdapat gua alam yang dipenuhi labirin dengan stalagtit dan
stalagmitnya.
Di depan tebing batu terdapat
erong (peti mati) yang diletakkan di celah-celah batu. Posisi erong menunjukkan
strata sosial dari orang yang dimakamkan sewaktu dia hidup. Semakin tinggi
posisi erong semakin tinggi strata sosialnya.
Beberapa erong nampak digantung
di batu. Dahulu kala, erong memang digantung untuk menghindari binatang buas
dan pencurian. Karena di dalam erong ikut disertakan barang-barang berharga
milik yang meninggal.
Di tebing Londa, ada beberapa
erong yang diletakkan di lokasi yang lumayan tinggi. Menurut pemandu, erong itu
milik keluarga bangsawan, sehingga harus berada lebih tinggi dari yang lain.
Sebuah lubang batu yang mirip
etalase, diletakkan berjajar tau-tau (patung kayu) yang dipahat semirip mungkin
dengan orang yang meninggal. Satu patung mewakili satu orang, dan didandani
sesuai dengan strata sosialnya sewaktu masih hidup.
Beberapa tau-tau bernilai tinggi
karena sudah berusia ratusan tahun. Bawalah senter kepala untuk masuk ke gua.
Tak berbau
Sediakan sedikit nyali, karena
begitu memasuki gua yang gelap dan lembab itu, tengkorak dan tulang belulang
berserakan di mana-mana.
Beberapa tengkorak dan tulang
belulang sudah diatur di celah-celah goa. Tengkorak dan tulang belulang itu
jatuh saat erong rusak karena dimakan usia.
Pokoknya ini baru pertama kalinya
M@s Letterno merasakan wisata yang rasanya ngeri-ngeri sedap gimanaaaaaa...
gitu !!! alias Suereeeeeeemnya Pooooool..... tapi yah gitulah !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar