![]() |
Pangandaran |
Mengawali Tahun 2014 ini Mr. Letterno akan berbagi Informasi yang telah didapat pada saat melaksanakan liburan Tahun Baru kemarin bersama keluarga di Tempat Wisata Pantai Pangandaran.....
Pangandaran ini dikenal sebagai tempat wisata yang sangat menarik dengan pantainya yang sangat indah, tidak hanya pantai, di pangndaran juga terdapat kawasan cagar alam seluas 530 Hektar yang didalamnya terdapat Goa-Goa Alam yang terbentuk ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Nah Seperti
Tempat-tempat pada umumnya, Pangandaran juga mempunyai Sejarah atau Asal Usul
yang sangat menarik untuk diketahui.
Nah berikut
ini adalah Asal Usul Pangandaran.
Desa
Pananjung Pangandaran ini Pada awalnya dibuka dan ditempati oleh para nelayan
dari suku sunda. Kenapa mereka lebih memilih pangandaran, karena menurut mereka
di pangandran itu gelombang lautnya kecil yang dapat membantu memudahkan mereka
untuk mencari ikan. Nah dipantai pangandaran ini terdapat sebuah daratan yang
menjorok ke laut yang sekarang disebut Cagar Alam atau Hutan Lindung, Tanjung
ini yang meghambat gelombang besar untuk sampai ke pantai. Disini lah para
nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu/andar. Banyaknya para
pendatang berdatangan ke tempat ini membuat tempat ini menjadi sebuah
perkampungan yang di sebut Pangandaran.
Nah Asal
mula kata Pangandaran ini berasal dari 2 buah kata yaitu pangan yang artinya “Makanan” dan Daran yang artinya Pendatang. Jadi ke 2 kata tersebut bila
disatukan menjadi Pangandaran yang artinya sumber makanan para pendatang.
Dan kenapa
para sesepuh terdahulu memberi nama Desa Pananjung? Nah karena disamping daerah
ini terdapat Tanjung juga terdapat tempat-tempat keramat. Kata pananjung juga
memilki sebuah arti , dalam bahasa sunda Pananjung artinya Panganjung-nanjungna
yang berarti paling “subur atau paling
makmur”.


Pada tahun
1922 pada zaman penjajahan Belanda oleh presiden priangan Y. Everen pananjung
diajadikan taman baru pada saat melepaskan 1 ekor banteng jantan, 3 ekor sapi
betina dan beberapa ekor rusa.
Krena
Pananjung meiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar
kelangsungan habitatnya maka pada tahunn1934mpananjung dijadikan suaka alam dan
marga satwa dengan luas 530 Ha. Dan pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga
Raflesia Padam setatus berubah menjadi cagar alam.

Dan juga
perkembangan selanjutnya berdasarkan SK mentri kehutanan No. 104?KPTS-II?1993
pengusaha wisata TWA Pananjung Pangandaran diserahkan dari direktorat jendral
perlindungan hutan dan pelestarian alam kepada perhutani dalam pengawasan perum
perhutani unit III Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Ciamis, bagi kemangkuan
hutan pangandaran.


Pananjung Pangandaran adalah semenanjung kecil yang terletak di pantai selatan Kabupaten Ciamis, di wilayah pariwisata Pangandaran. Menurut sejarah pembentukannya, diduga Pananjung dulu merupakan sebuah pulau kecil, yang kemudian terhubung dengan daratan Pulau Jawa akibat proses sedimentasi pasir. Pananjung sekarang berstatus sebagai cagar alam. Dari tempat ini orang dapat menyaksikan keindahan terbit dan terbenamnya matahari.


TWA Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya hayati
berupa flora dan fauna serta keindahan alam. Hutan sekunder yang berumur 50-60
tahun dengan jenis dominan antara lain laban, kisegel, merong , dan sebagainya.
Juga terdapat beberapa jenis pohon peninggalan hutan primer seperti pohpohan
kondang, dan benda . Hutan pantai hanya terdapat di bagian timur dan barat
kawasan, ditumbuhi pohon formasi Barringtonia, seperti butun, ketapang.
Dengan berbagai ragam flora, kawasan TWA Pangandaran
merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar, antara lain
tando, monyet ekor panjang , lutung , kalong , banteng, rusa, dan landak.
Sedangkan jenis burung antara lain burung cangehgar, tlungtumpuk, cipeuw , dan
jogjog. Jenis reptilia adalah biawak , tokek, dan beberapa jenis ular, antara
lain ular pucuk.

Banyaknya flora dan fauna yang berkembang biak
di sana merupakan daya tarik tersendiri. Tidak heran jika TWA Pangadaran tidak
pernah sepi dari kunjungan para wisatawan. Selain itu, TWA ini mempunyai
berbagai daya tarik lainnya, seperti Batu Kalde, salah satu peninggalan sejarah
zaman Hindu. Selain itu, banyak terdapat gua alam dan gua buatan seperti Gua
Panggung, Gua Parat, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, dan gua-gua peninggalan
Jepang.

Sejarah kawasan

Pada tahun 1934, daerah tersebut diresmikan
menjadi sebuah wildreservaat . Tetapi dengan ditemukannya jenis-jenis tumbuhan
penting, termasuk Raflesia patma pada tahun 1961, membuat statusnya diubah
menjadi cagar alam, dengan , karena adanya potensi yang dapat mendukung
pengembangan pariwisata alam, sebagian wilayah cagar alam yang berbatasan
dengan areal permukiman statusnya diubah menjadi taman wisata alam. Tahun 1990
dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitar cagar alam laut (470 ha), sehingga
luas kawasan perairan di sekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1.500 ha.

Gua Panggung
Menurut cerita, yang berdiam digua ini adalah
Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing . Beliau merupakan anak angkat
dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk menjaga lautan di daerah Jabar
dan menjaga pantai Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, beliau disebut
Embah Jaga Lautan.
Gua Lanang

Batu Kalde atau Sapi Gumarang
Di tempat ini, menurut cerita, tinggal seorang
sakti yang dapat menjelma menjadi seekor sapi yang gagah berani dan sakti. Sapi
Gumarang adalah nakhoda kapal.
Cirengganis
Cerita ini berawal dari adanya sebuah pemandian
berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja Mantri. Pada suatu hari, Raja
Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya.
Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya
sedang mandi. Karena terdorong oleh perasaan hatinya, Raja Mantri mengambil
pakaian Dewi Rangganis. Karena kesal, Dewi Rangganis kemudian berkata, barang
siapa menemukan bajunya, bila perempuan akan dijadikan saudara dan bila
laki-laki akan dijadikan suami.
Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam
Pangandaran semula merupakan tempat perladangan penduduk. Tahun 1922, ketika Y.
Eycken menjabat Residen Priangan, diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu
dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa. Karena
memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan
kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan tersebut diubah
menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha.

Dalam perkembangan selanjutnya, Kegiatan
wisata yang dapat dilakukan di kawasan konservasi Pangandaran dan sekitarnya
adalah: lintas alam, bersepeda, berenang, bersampan, scuba diving, snorking dan
melihat peninggalan sejarah.
Cagar alam seluar ± 530 hektar, yang
diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar. Memiliki berbagai flora dan
fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis
Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan seperti: Gua
Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta sumber air
Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk Taman Wisata Alam
(TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar