Selasa, 18 November 2014

MELIHAT PLTA CIRATA DARI SUDUT PERTAHANAN




Tenaga air adalah tenaga yang dihasilkan oleh air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan energi tersebut bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, salah satunya yaitu sebagai sumber energi pembangkit listrik (Carrasco, 2011). Wagner dan Mathur (2011) menyebutkan bahwa pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi  merupakan bagian dari pemanfaatan energi terbarukan.
karena air akan terus tersedia melalui proses alamiah yaitu siklus air. Pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi pembangkit listrik pada prinsipnya adalah memanfaatkan arus air untuk memutar turbin pembangkit listrik. 

Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA), energi utama dihasilkan oleh air yang bergerak karena gravitasi dan ketinggian air turun ke bawah sampai turbin pembangkit,
PLTA dapat dibangun dengan memanfaatkan aliran air langsung dari sungai atau dengan membangun penampungan air dari sungai (Waduk/Bendungan). Potensial pembangkitan tenaga listrik dari setiap unit satuan (meter kubik) sangat dipengaruhi oleh ketinggian air di permukaan sungai atau waduk terhadap posisi turbin.. Produksi listrik PLTA juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana air yang masuk ke turbin kemudian dikeluarkan, yang menyebabkan masuknya arus air baru. Turbin pembangkit yang digunakan PLTA dirancang untuk mendapatkan aliran air yang optimal.







UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA merupakan lembaga pendidikan tinggi yang unik karena mengkhususkan diri pada studi pertahanan setingkat Strata 2. Unhan adalah lembaga pendidikan tinggi terbuka. Unhan memberi kesempatan kepada para perwira TNI dan sipil untuk belajar dan memperdalam Ilmu pertahanan dari sudut pandang Militer, Politik, Ekonomi, Sosial dan budaya dimana Landasan filosofis UNHAN yaitu 'Identitas', 'Nasionalisme' dan 'Integritas', dan salah satu Program Studi yang sangat diminati mahasiswa saat ini adalah Program Studi Ketahanan Energi untuk Keamanan Nasional yang tepatnya berada dibawah Fakultas Manajemen Pertahanan.


Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa-mahasiswi Program Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan yang erat hubungannya dengan mata kuliah Energi Baru dan Terbarukan serta mata kuliah Infrastruktur Energi yang lebih dikenal dengan sebutan mata kuliah Sumberdaya dan Tehknologi Energi saat ini berkesempatan melakukan kunjungan dan kuliah lapangan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata yang berlokasi di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru,

Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kunjungan dan kuliah lapangan ke PLTA Cirata terselenggara atas inisiasi Kepala program studi Ketahanan Energi Dr. Ir. Rudy Laksmono, MT dan Staf Prodi Ketahanan Energi FMP UNHAN Mayor Inf Suratno  yang telah berhasil membawa mahasiswa-mahasiswi program studi Ketahanan Energi Cohort 2 dan Cohort 3 Universitas Pertahanan dalam melakukan kunjungan lapangan dan diperbolehkan melihat lokasi PLTA sampai daerah khusus/Terbatas (Tertutup untuk umum ) dimana di sana disambut baik oleh Bapak Abu Hasan sebagai General Manager, praktisi, dan teknisi dari PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Cirata.

PLTA Cirata adalah sebuah PLTA yang dibangun pada sungai Citarum. Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Wayang di Kabupaten Bandung merupakan sungai yang memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan listrik tenaga air. Dari hulu sampai ke hilir sungai tersebut terdapat potensi untuk membangun 5 buah PLTA  sebagai berikut :





    1.        PLTA Saguling, kapasitas terpasang 700 MW dengan potensi  energy listrik  pertahun 2.156 GWH.
    2.        PLTA Rajamandala, kapasitas terpasang 57 MW dengan produksi energy listrik per tahun 185 GWH.
    3.        PLTA Cirata, kapasitas terpasang 1.000 MW, dengan produksi energy listrik per tahun 1.428 GWH.
    4.        PLTA Jatiluhur, kapasitas terpasang 150 MW, dengan produksi energy listrik per tahun  790 GWH.
    5.        PLTA Curug, dengan kapasitas terpasang 6,2 MW, dengan produksi energy listrik per tahun  42,5 GWH

Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62 km persegi akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur.




Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun. Kapasita 1008 MW tersebut terdiri dari Cirata I yang memiliki empat unit masing-masing operasi dengan daya terpasang 126 MW yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan daya terpasang 504 MW, selain itu Cirata II juga dengan empat unit masing-masing 126 MW, yang mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan daya terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1.428 GWh pertahun yang kemudian dislaurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).

                                     







Waduk Cirata memiliki 2 fungsi sangat penting, yaitu :
1. Fungsi ekonomi yakni sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bagi Jawa dan Bali. Unit pembangkit Cirata diharapkan mampu memproduksi daya listrik 1008 MW,
2. Fungsi ekologi, sebagai pengatur tata air dan iklim mikro di wilayah sekitar waduk.

Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh PLTA Cirata adalah harga pokok produksi listrik yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis lain. Sumber energi primer PLTA Cirata tersedia dalam jumlah yang besar dan hanya terganggu apabila debit air berkurang. Selain itu, pajak air permukaan yang dikenakan pada sumber energi primer juga masih relatif rendah, yaitu sebesar 50 rupiah per kWh. Sampai bulan November 2014, harga pokok produksi (HPP) listrik yang dihasilkan PLTA Cirata masih sebesar 250 rupiah per kWh.

Operasional PLTA Cirata tidak terlepas dari beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak pengelola PLTA Cirata. Manajemen PLTA Cirata terkendala beberapa faktor. Faktor-faktor yang menjadi masalah serius manajemen PLTA Cirata antara lain ditimbulkan oleh sedimentasi bendungan dan pencemaran air, kurangnya partisipasi masyarakat dalam menjaga ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Citarum, dan komponen biaya pajak pemanfaatan air permukaan pada harga pokok produksi listrik PLTA Cirata.
Sedimentasi yang tidak terkendali dapat menimbulkan pendangkalan serius yang menyebabkan debit air berkurang. PLTA Cirata beroperasi pada ketinggian air di antara titik 205-221 meter. Apabila ketinggian air di Bendungan Cirata berada di bawah titik 205 meter, turbin pembangkit listrik tidak dapat beroperasi.


















Tingginya sedimentasi di Sungai Citarum, khususnya area Bendungan Cirata, disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan pendangkalan serius adalah jumlah keramba ikan yang terlalu banyak di daerah Bendungan Cirata. Kelebihan pakan ikan mengendap dan menjadi masalah serius karena selain menumpuk di dasar bendungan, kelebihan pakan ikan juga turut mencemari air yang akan digunakan oleh PLTA Cirata. Faktor lainnya adalah pola kampanye yang menggunakan keramba ikan sebagai penarik massa. Politisi yang mengadakan kampanye di daerah kampanye di sekitar DAS Citarum seringkali menggunakan keramba sebagai alat kampanye untuk menarik minat konstituen. Peningkatan jumlah keramba dalam waktu singkat turut memperburuk pendangkalan akibat pertumbuhan usaha keramba ikan yang tidak terkendali.














Maka dari itu diperlukannya partisipasi semua pihak-pihak terkait dalam menjaga kelestarian PLTA Cirata ini mengingat PLTA ini merupakan salah satu obyek vital dan produsen Energi listrik terbesar di Indonesia demi mewujudkan Ketahanan Energi Nasional.






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...