Tenaga air
adalah tenaga yang dihasilkan oleh air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah dan energi tersebut bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang
berguna bagi kehidupan manusia, salah satunya yaitu sebagai sumber energi
pembangkit listrik (Carrasco, 2011). Wagner dan Mathur (2011) menyebutkan bahwa
pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi merupakan bagian dari pemanfaatan energi
terbarukan.
karena air akan terus tersedia melalui proses alamiah yaitu siklus air. Pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi pembangkit listrik pada prinsipnya adalah memanfaatkan arus air untuk memutar turbin pembangkit listrik.
karena air akan terus tersedia melalui proses alamiah yaitu siklus air. Pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi pembangkit listrik pada prinsipnya adalah memanfaatkan arus air untuk memutar turbin pembangkit listrik.
Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA), energi utama dihasilkan
oleh air yang bergerak karena gravitasi dan ketinggian air turun ke bawah
sampai turbin pembangkit,
PLTA dapat dibangun dengan memanfaatkan
aliran air langsung dari sungai atau dengan membangun penampungan air dari
sungai (Waduk/Bendungan). Potensial pembangkitan tenaga listrik dari setiap
unit satuan (meter kubik) sangat dipengaruhi oleh ketinggian air di permukaan
sungai atau waduk terhadap posisi turbin.. Produksi listrik PLTA juga sangat
dipengaruhi oleh bagaimana air yang masuk ke turbin kemudian dikeluarkan, yang
menyebabkan masuknya arus air baru. Turbin pembangkit yang digunakan PLTA
dirancang untuk mendapatkan aliran air yang optimal.
UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA merupakan lembaga pendidikan tinggi yang unik karena mengkhususkan diri pada studi pertahanan setingkat
Strata 2. Unhan adalah lembaga pendidikan tinggi terbuka. Unhan memberi
kesempatan kepada para perwira TNI dan sipil untuk belajar dan memperdalam Ilmu pertahanan dari sudut pandang Militer, Politik, Ekonomi, Sosial dan budaya dimana Landasan filosofis UNHAN yaitu 'Identitas', 'Nasionalisme' dan
'Integritas', dan salah satu Program Studi yang sangat diminati mahasiswa saat ini adalah
Program Studi Ketahanan Energi untuk Keamanan Nasional yang tepatnya berada
dibawah Fakultas Manajemen Pertahanan.
Untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa-mahasiswi Program
Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan yang erat hubungannya dengan mata kuliah Energi Baru dan Terbarukan serta
mata kuliah Infrastruktur Energi yang lebih dikenal dengan sebutan mata kuliah Sumberdaya
dan Tehknologi Energi saat ini berkesempatan melakukan kunjungan
dan kuliah lapangan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata yang berlokasi
di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Kunjungan dan kuliah lapangan ke PLTA Cirata terselenggara atas inisiasi Kepala
program studi Ketahanan Energi Dr. Ir.
Rudy Laksmono, MT dan Staf Prodi
Ketahanan Energi FMP UNHAN Mayor Inf Suratno
yang telah berhasil
membawa mahasiswa-mahasiswi program studi Ketahanan
Energi Cohort 2 dan Cohort 3 Universitas Pertahanan dalam melakukan kunjungan lapangan dan diperbolehkan melihat lokasi PLTA sampai daerah khusus/Terbatas (Tertutup untuk umum ) dimana di sana disambut baik oleh Bapak Abu Hasan sebagai General Manager,
praktisi, dan teknisi dari PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan
Cirata.
PLTA Cirata adalah
sebuah PLTA yang dibangun pada sungai Citarum. Sungai Citarum yang berhulu di
Gunung Wayang di Kabupaten Bandung merupakan sungai yang memiliki potensi yang
sangat besar untuk pengembangan listrik tenaga air. Dari hulu sampai ke hilir sungai
tersebut terdapat potensi untuk membangun 5 buah PLTA sebagai berikut :
1.
PLTA Saguling, kapasitas
terpasang 700 MW dengan potensi energy
listrik pertahun 2.156 GWH.
2.
PLTA Rajamandala,
kapasitas terpasang 57 MW dengan produksi energy listrik per tahun 185 GWH.
3.
PLTA Cirata, kapasitas
terpasang 1.000 MW, dengan produksi energy listrik per tahun 1.428 GWH.
4.
PLTA Jatiluhur,
kapasitas terpasang 150 MW, dengan produksi energy listrik per tahun 790 GWH.
5.
PLTA Curug, dengan
kapasitas terpasang 6,2 MW, dengan produksi energy listrik per tahun 42,5 GWH
Waduk
Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62 km persegi akibat
pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut
tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan
Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur.
Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA
ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126
Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan
produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun. Kapasita
1008 MW tersebut terdiri dari Cirata I yang memiliki empat unit masing-masing
operasi dengan daya terpasang 126 MW yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan
daya terpasang 504 MW, selain itu Cirata II juga dengan empat unit
masing-masing 126 MW, yang mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan daya
terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata
1.428 GWh pertahun yang kemudian dislaurkan melalui jaringan transmisi tegangan
ekstra tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Waduk Cirata memiliki 2 fungsi sangat penting, yaitu :
1. Fungsi ekonomi yakni
sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bagi Jawa dan Bali. Unit
pembangkit Cirata diharapkan mampu memproduksi daya listrik 1008 MW,
2. Fungsi ekologi, sebagai
pengatur tata air dan iklim mikro di wilayah sekitar waduk.
Kelebihan lainnya
yang dimiliki oleh PLTA Cirata adalah harga pokok produksi listrik yang relatif
rendah apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis lain. Sumber energi
primer PLTA Cirata tersedia dalam jumlah yang besar dan hanya terganggu apabila
debit air berkurang. Selain itu, pajak air permukaan yang dikenakan pada sumber
energi primer juga masih relatif rendah, yaitu sebesar 50 rupiah per kWh.
Sampai bulan November 2014, harga pokok produksi (HPP) listrik yang dihasilkan
PLTA Cirata masih sebesar 250 rupiah per kWh.
Operasional PLTA
Cirata tidak terlepas dari beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak pengelola
PLTA Cirata. Manajemen PLTA Cirata terkendala beberapa faktor. Faktor-faktor
yang menjadi masalah serius manajemen PLTA Cirata antara lain ditimbulkan oleh sedimentasi
bendungan dan pencemaran air, kurangnya partisipasi masyarakat dalam menjaga
ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Citarum, dan komponen biaya pajak
pemanfaatan air permukaan pada harga pokok produksi listrik PLTA Cirata.
Sedimentasi yang
tidak terkendali dapat menimbulkan pendangkalan serius yang menyebabkan debit
air berkurang. PLTA Cirata beroperasi pada ketinggian air di antara titik 205-221
meter. Apabila ketinggian air di Bendungan Cirata berada di bawah titik 205
meter, turbin pembangkit listrik tidak dapat beroperasi.
Tingginya sedimentasi
di Sungai Citarum, khususnya area Bendungan Cirata, disebabkan oleh beberapa
faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan pendangkalan serius adalah jumlah keramba
ikan yang terlalu banyak di daerah Bendungan Cirata. Kelebihan pakan ikan
mengendap dan menjadi masalah serius karena selain menumpuk di dasar bendungan,
kelebihan pakan ikan juga turut mencemari air yang akan digunakan oleh PLTA
Cirata. Faktor lainnya adalah pola kampanye yang menggunakan keramba ikan
sebagai penarik massa. Politisi yang mengadakan kampanye di daerah kampanye di
sekitar DAS Citarum seringkali menggunakan keramba sebagai alat kampanye untuk
menarik minat konstituen. Peningkatan jumlah keramba dalam waktu singkat turut
memperburuk pendangkalan akibat pertumbuhan usaha keramba ikan yang tidak
terkendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar