Senin, 20 Mei 2013

Jikalau Merah Putih Sudah Mendarah Daging di tubuh Prajurit



            Bagai sebuah adengan sinetron televisi yang sangat mengharukan, ketika dua orang bersaudara dipertemukan setelah hampir 10 tahun terpisah. Siang itu terasa matahari bersinar hangat sehangat kedua hati yang sedang berbunga-bunga. Pasalnya dua orang anak manusia yang sudah lama berpisah ini, akhirnya dipertemukan dalam situasi yang tak disangka-sangka.
Pelukan erat seakan tidak ingin dipisahkan kembali diantara keduanya. Pertemuan yang tidak disengaja tersebut terjadi ketika Major Joau Dacosta Esteves, anggota Angkatan Darat Timor Leste sedang melakukan kunjungan kerja ke Markas Besar TNI Angkatan Darat. Tak disangka, tak diduga, setelah bertutur kata menceritakan dirinya, ternyata sang Mayor yang juga menjabat Wakasad Timor Leste mempunyai seorang kakak berdomisili di Jakarta. Pertemuan dengan sang kakak, Sersan kepala Giel Esteves, Bintara Oramil 1 Jasmani Kopassus menjadi momen yang sangat bersejarah bagi keduanya.
           Setelah lepasnya Timor leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1999, Serka Giel Esteves menjadi prajurit TNI Angkatan Darat yang berdinas di Kopassus sejak tahun 1993. Otomatis dia menjadi warga Negara Indonesia. Sedangkan kedua orang tua beserta tiga orang saudaranya tetap tinggal di Timor Leste, bahkan dua orang saudaranya menetap di Inggris dan menjadi warga negara Portugis.
            Pria kelahiran 1 Januari 1975 ini, tetap bertekad menjadi warga negara Indonesia sesuai dengan panggilan jiwa dan hati nuraninya. Tidak ada sedikitpun terbersit untuk kembali ke tanah kelahirannya di Timor Leste, walaupun disana sang adik telah menjadi seorang pejabat militer yang notabene bisa menaikkan harkat dan martabatnya sebagai seorang prajurit. Pria yang telah memiliki seorang isteri dan menetap di Jakarta ini, hanya ingin mengabdi kepada TNI Angkatan Darat, Bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
           Serka Giel Esteves yakin, walaupun dirinya hanya seorang prajurit biasa, ia tetap bisa mengabdi dan menjaga keutuhan serta kedaulatan Negara Republik Indonesia. Mengenai pertemuan antara dirinya dengan adiknya ini, Serka Giel Esteves mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri dan puji syukur kepada Tuhan Tuhan Yang Maha Esa, karena telah dipertemukan dengan salah satu keluarga yang telah lama tidak bertemu. Dari Indonesia dirinya hanya bisa mendoakan semoga keluarganya di Timor Leste selalu mendapat kesehatan dan keselamatan.

Serda Nikolas Sandi Harewan Sang Super Hero


Adegan kejar mengejar mobil dan sepeda motor ternyata tidak hanya milik sinetron remaja yang mengisahkan seorang pemuda tanggung dengan motor bututnya terseok-seok mengejar  kekasih hatinya yang diculik oleh sekawanan berandalan, atau cerita holywood yang mengisahkan superhero bertopeng dan pakaian kulit hitam diatas motor super canggihnya sedang mengejar sekawanan perampok bank yang mengendarai Van keluaran mutakhir.
Kejadian serupa ternyata juga dialami secara nyata oleh seorang pemuda pemberani. Nicolas Sandi Harewan namanya. Pemuda kelahiran Jayapura 25 tahun lalu ini ternyata seorang anggota TNI Angkatan Darat berpangkat Serda.
Putra Papua yang baru selesai melaksanakan tugas menjadi anggota Tim Ekspedisi Katulistiwa Kopassus di Kalimantan ini sedang mengurus  cuti tahunan untuk menengok orang tuanya yang berdomisili di bumi cendrawasih.
Kisah heroiknya bermula ketika  pada tanggal 23 Juli 2012  pukul 19.45 WIB, Serda Nikolas Sandi Harewan bersama  tunangannya pergi membeli tiket pesawat dengan tujuan Papua di Agen Biro perjalanan daerah Cawang Otista. Namun malam itu belum mendapat tiket, sehingga melanjutkan pencarian tiket ke daerah Jakarta Pusat.
Ketika melintas di Jl. Medan Merdeka Utara tepatnya didepan lapangan Banteng Jakarta Pusat, Sersan Nikolas yang sehari-hari menjadi organik Satuan-81 Kopassus ini mendengar suara perempuan minta tolong dari dalam mobil angkot  yang sedang melaju kencang. Merasa curiga karena pada saat itu lampu didalam angkot dimatikan, Serda Nikolas Sandi langsug mengejar angkot tersebut dan melihat dari lampu sepeda motor yang dikendarainya ada 5 orang beserta sopir yang diduga akan melakukan percobaan perkosaan dan perampokan terhadap seorang penumpang (karyawati).
Melihat hal tersebut, tanpa mempedulikan keselamatannya, Serda Nicholas Sandi Harewan segera memepet angkot dan menarik tangan sopir hingga keluar dari jendela lalu menggertak sopir itu supaya segera menurunkan penumpang tersebut, karena takut sopir memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, dan terjadilah kejar mengejar antara Serda Nikolas Sandi dengan angkot yang berusaha meloloskan diri. Merasa terdesak dikejar dan diteriaki oleh para pengejarnya, tersangka melempar korban dari dalam angkot tepat di depan kantor Mahkamah Agung. Serda Nikolas Sandi meminta tunangannya tersebut untuk menolong penumpang seorang wanita yag sedang menangis ketakutan, sedangkan sopir dan 4 rekannya lansung kabur.
Tidak hanya sampai disitu saja, Serda Nikolas Sandi menuju Pos Polisi Merdeka Barat melaporkan kejadian tersebut pada  aparat kepolisian, dengan berbekal laporan dari Serda Nikolas Sandi tentang ciri-ciri pelaku, kendaraan serta nomor Polisinya, Polisi segera mengejar kawanan tersebut.  4 rekan sopir angkot berhasil kabur dengan cara meloncat dari angkot di sekitaran Monas, Polisi tetap melanjutkan pengejaran pada angkot yang kabur dan akhirnya sopir angkot dapat ditangkap oleh Polisi di daerah Dukuh Atas Jakarta Pusat.  Selanjutnya  dengan berbekal laporan dari Serda Nicholas Sandi tersebut akhirnya satu persatu pelaku dapat ditangkap.
Untuk keberaniannya tersebut, Serda Nicholas Sandi mendapat apresiasi dari berbagai pihak tidak terkecuali dari Pimpinan TNI Angkatan Darat. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan tindakan kepahlawanan yang melampaui panggilan tugasnya tanpa mempedulikan keselamatan jiwanya, Serda Nicholas Sandi mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) satu tingkat lebih tinggi dari sebelumnya yang diberikan dalam upacara dan dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.

disadur dari http://www.tniad.mil.id/index.php/kisah-prajurit/serka-giel-esteves-panggilan-jiwa-dan-hati-untuk-tetap-merah-putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...