Sedangkan motivasi internal muncul dari dalam diri. Kalau orangtua ingin anak belajar tanpa disuruh, sangat suka membaca, dan sebagainya, orangtua harus membangun motivasi internal. Ini dilakukan sejak anak kecil, mulai dari membangun kepercayaan anak terhadap orangtua (yang nantinya bermuara pada iman kepada Tuhan). Motivasi, baik eksternal maupun internal, kadang-kadang membutuhkan sesuatu yang buruk (penderitaan, masalah) untuk membangunnya. Dari orangtua, perlu ada komitmen, teladan, dan kreativitas.
Anak Belajar
Salah satu motivasi yang perlu dibangun dalam diri anak adalah keinginan belajar. Sebenarnya potensinya sudah ada sejak anak masih sangat kecil. Lihat saja, hampir semua bayi di bawah dua tahun yang kita jumpai pasti menunjukkan tanda-tanda pandai dan mau belajar. Mereka mau belajar makan sendiri, main bola atau yang lain, belajar menulis, membantu menyapu, dan sebagainya. Sekarang tergantung pada lingkungan, apakah orang-orang di sekitarnya membantu dia belajar atau membatasinya.

Kedekatan Dengan Orangtua
Ini adalah faktor terpenting untuk membangun motivasi internal anak. Prosesnya adalah sebagai berikut: kedekatan dengan orangtua memberi rasa percaya pada anak. Mereka tahu orangtuanya bisa diandalkan. Selain itu, ada tempat untuk bertanya maupun menyalurkan perasaan tidak aman (insecure) yang mereka dapat dari lingkungan.
Anak-anak yang dibesarkan dengan rasa aman yang cukup akan memiliki harga diri yang baik. Ini adalah “modal” anak memasuki dunia remaja. Harga diri yang baik berarti anak tahu mengukur dirinya dengan tepat. Dia tidak minder karena tidak bergantung pada penilaian orang lain. Dia punya identitas diri yang jelas, bukan menjadikan artis sebagai idola, misalnya.
Bagaimana kedekatan dengan orangtua dapat membangun motivasi?
Pertama, anak-anak walaupun ada kecenderungan egois (mementingkan kesenangan diri sendiri), akan mengingat ajaran dan teladan orangtua mereka jika diajak teman melakukan hal-hal negatif. Saya menjumpai seorang remaja putra yang biarpun tidak suka latihan paduan suara tetapi tetap melakukannya karena ibunya meminta.
“Aku sayang ibuku,” kata remaja itu pada saya, “aku akan berusaha memenuhi semua yang dimintanya.” Itu dilakukannya dengan rela, bukan terpaksa. Dia percaya ibunya memberikan hal-hal yang baik untuk dia.
Kedua, kebiasaan baik yang sudah dibangun di rumah sejak anak kecil tidak mudah dilupakan. Misalnya kalau anak-anak belajar teratur sejak kecil, ada masanya tidak usah disuruh lagi, mereka akan melakukannya sendiri. Atau jika di rumah sudah tertanam kebiasaan membaca, anak-anak secara otomatis akan mencari buku di waktu senggangnya.
Selanjutnya, hubungan yang baik antara ayah dan ibu membangun rasa nyaman dalam diri anak untuk senang tinggal di rumah. Moze menyebut istilah home sweet home. Ini akan berbeda jika anak merasa rumahnya seperti “neraka” akibat pertengkaran yang terus menerus.
Kedekatan dengan orangtua adalah benteng bagi remaja, yang akan menjauhkan dia dari pengaruh buruk dan tekanan teman sebaya. Walaupun teman sebaya adalah hal yang penting bagi remaja, dia akan mencari teman bergaul (peer group) yang cocok, yang bisa diterima oleh orangtua.
Jadi, bagaimana kita membangun motivasi dalam diri anak-anak? Mulailah ketika mereka masih sangat kecil. Mulai dengan konsisten dan berkomitmen. Kita akan menuai hasilnya kelak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar