Sobat Blogger.......
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
2. Pendidikan Karakter Menurut Suratno
Suratno mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Lebih jelas tentang nilai-nilai pendidikan karakter dapat di lihat pada bagan dibawah ini
18 Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
5 KESALAHAN PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN
Pertama, Penerapan
pendidikan karakter tidak diawali dengan perumusan yang jelas dan tegas tentang
karakter inti yang akan dibangun atau dikehendaki oleh sekolah/Lemdik. Dalam
diskursus pendidikan karakter ini disebut dengancore values. Ketika
ditanya, ”karakter apa yang akan dibangun?” banyak sekolah kebingungan
menjawabnya. Atau menjawab dengan jawaban yang ngambang dan bias. demikian pula
dengan pemerintah melalui Depdiknas yang juga terlalu luas dan akhirnya tidak
pasti ketika menetapkan 18 karakter yang harus dimiliki siswa. Konsep yang
tidak jelas dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Dalam
rumusan 18 tersebut hal yang sebenarnya bukan karakter dalam konteks pendidikan
karakter masih dijejalkan dengan paksa.
Tanpa promosi karakter, pendidikan karakter hanya
akan menjadi tanggung jawab sekolah belaka padahal tidak demikian adanya.
pendidikan karakter adalah tanggung jawab semua. Tanpa promosi pula bahkan
tidak mustahil pendidikan karakter hanya lipstik belaka.
Sejatinya, pendidikan karakter adalah sebuah program
bukan mata pelajaran. Sebagai program, pendidikan karakter semestinya merasuki,
mewarnai, dan menjiwai seluruh komponen dan istrumen pendidikan di sekolah.
Maka sejatinya, semua guru adalah guru karakter. Semua kegiatan adalah kegiatan
karakter. Semua staf adalah staf karkater. Semua pemandangan adalah pemandangan
karakter. Hingga pembantu sekolah dan tukang jualan pun memiliki peran
karakter.
Bila yang dimaksud adalah integrasi pendidikan
karakter ke dalam mata pelajaran atau ke dalam kegiatan belajar mengajar, maka
seharusnya karakter inti yang dibangun sekolah itu termuat secara menyatu
dengan indikator atau tujuan pembelajaran, bukan sebagai daftar khusus
yang sekadar tempelan. Sebab pada indikator dan tujuan belajar itulah
hasil belajar diukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar