Rabu, 16 Maret 2011

KALI ANGKE & SEJARAH KELAMNYA

Di dekat pusat perbelanjaan Glodok, Jakarta melintas sebuah sungai yang bernama KALI ANGKE. Mungkin sobat Jogjaicon sudah sering melewatinya, tapi mungkin juga tidak semua mengetahui sejarah kelam dan mengerikan yang pernah terjadi di glodok dan di kali angke pada masa silam. Menurut para sejarahwan pada tahun 1740 merupakan tahun hitam di Jakarta (Waktu itu bernama Batavia), tidak kurang dari 10 ribu orang Tionghoa telah dibunuh secara kejam oleh VOC Belanda pada tahun tersebut. VOC (yang biasa disebut Kompeni) membantai tanpa memandang bulu, pria, wanita, lansia, dan juga bayi baru lahir. Nama Kali Angke sendiri di ambil dari istilah Mandarin yang berarti Kali Merah. Kali ini menjadi kenangan karena letaknya berdekatan dengan Glodok yang pada saat bersamaan waktu itu menjadi merah karena darah.


Peristiwa itu berawal ketika orang orang Tionghoa dari daratan China yang mencari peruntungan di Batavia jumlah nya mencapai 80 ribu orang. Banyak di antara mereka yang bekerja di pabrik-pabrik gula yang masa itu merupakan penghasilan bidang perkebunan terbesar di Batavia. Dan pada suatu ketika harga gula di pasar internasional menurun drastis akibat membludaknya gula India. Karena itu pabrik gula di Batavia menjadi menurun dan bangkrut. Hal ini menyebabkan banyak warga Cina yang menjadi pengganguran dan gelandangan. Dan angka kriminalitas di Batavia-pun meningkat tajam.

Kemudian VOC membuat peraturan membatasi kedatangan warga Tionghoa. Mereka yang tinggal di Batavia harus memiliki izin tinggal, usaha atau berdagang. Tapi bagi para pejabat VOC hal ini di jadikan kesempatan untuk melakukan pungli. Tidak puas dengan peraturan tersebut, VOC mengeluarkan peraturan lebih berat lagi. Warga Tionghoa yang tidak memiliki pekerjaan harus di tangkap. Ratusan warga Tionghoa dirazia oleh pasukan VOC dan di berangkatkan paksa ke Ceylon (Sekarang Sri Langka, waktu itu juga menjadi jajahan Belanda). Sempat tersiar kabar burung bahwa di tengah perjalanan mereka di lemparkan ke tengah laut.

Akibat tekanan dari VOC tersebut, orang-orang Tionghoa membentuk kelompok-kelompok perlawanan dan mempersenjatai diri. Orang orang Tionghoa di luar kota Batavia mulai menyerang kota. Melalui perlawanan ini menjadi alasan bagi tentara dan pegawai VOC melakukan tindakan keras terhadap etnis Cina. Dan pada tanggal 10 Oktober 1740 Gubernur Jendral VOC waktu itu, Adrian Volckanier, mengeluarkan surat perintah membunuh dan membantai orang orang Tionghoa.

Suasana kota batavia pun menjadi kalut dan terjadi pembantaian terhadap ribuan orang pendatang dari China tersebut. Pembantaian itulah yang telah membuat sebuah sungai (kali) di dekat daerah perkampungan Tionghoa menjadi merah oleh darah. Ketika peristiwa tersebut ini terjadi, perkampungan Tionghoa berada di Kalibesar (sebelah utara glodok) . Kemudian setelah kejadian tersebut VOC membangun perkampungan baru sedikit di luar tembok kota yang di kenal dengan nama Glodok.

Sumber : jogjaicon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...