Minggu, 20 Agustus 2017

SERAMNYA UJI NYALI DI MAKA LONDA TORAJA

Sobat Blogger....
Kalo dengar kata Toraja pasti yang terbesit di dalam benak M@s Letterno pertama kali adalah pertama bentuk Rumah yang khas asli Toraja dan setelah itu kebiasaan yang selama ini kita dengan bahwa di daerah tersebut cara menguburkan orang meninggal dengan cara “ Mayat Berjalan Sendiri “

Nah.... karena rasa heran yang tinggi itulah maka M@s Letterno saat berkunjung ke daerah Toraja yang diniatkan pertama kali adalah harus dan kudu melihat dengan mata kepala sendiri tempat pemakaman aneh tersebut, maka setelah mencari informasi dari masyarakat sekitar disebutlah tempat pemakaman yang bernama “ MAKAM LONDA “




Maka dengan semagat 45 kita menuju kesana dan dari pemandu wisata kami Daeng Natan di Toraja bilang, jika kamu belum ke Londa maka kamu belum ke Toraja. Ya, di Londa Sobat akan berwisata yang tak lazim. Mengunjungi kubur !




Tapi jangan ngeri lebih dulu. Kubur atau makan di Londa tidak seperti makam pada umumnya. Tradisi orang Toraja yang bertahan ratusan tahun, membuat makam di Londa menjadi unik dan layak dikunjungi.


Makam di Londa merupakan gua alam di sebuah tebing batu.
Objek wisata ini berada di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Lokasinya sekitar 7 kilometer arah Selatan Kota Rantepao, yang merupakan pusat pariwisata dan akomodasi bagi wisatawan.


Londa mudah dicapai dengan kendaraan umum baik mobil, motor sewaan, ataupun ojek. Sebuah gapura menjadi sambutan selamat datang di Londa. Bayarlah karcis masuk dan sewalah lampu petromaks.





Jangan lupa petromaks
Disana Sobat Blogger wajib membawa penerang untuk masuk ke gua alam Londa. Seorang pemandu yang akan membawa petromaks akan menemani perjalanan kita.
Sewa petromaks hanya Rp 30.000 dan Sobat bisa memberikan tips sesuka hati kepada pemandunya.

Sejumlah anak tangga harus dituruni sebelum mencapai tebing batu yang lumayan tinggi. Di tebing batu itulah terdapat gua alam yang dipenuhi labirin dengan stalagtit dan stalagmitnya.

Di depan tebing batu terdapat erong (peti mati) yang diletakkan di celah-celah batu. Posisi erong menunjukkan strata sosial dari orang yang dimakamkan sewaktu dia hidup. Semakin tinggi posisi erong semakin tinggi strata sosialnya.

Beberapa erong nampak digantung di batu. Dahulu kala, erong memang digantung untuk menghindari binatang buas dan pencurian. Karena di dalam erong ikut disertakan barang-barang berharga milik yang meninggal.

Di tebing Londa, ada beberapa erong yang diletakkan di lokasi yang lumayan tinggi. Menurut pemandu, erong itu milik keluarga bangsawan, sehingga harus berada lebih tinggi dari yang lain.

Sebuah lubang batu yang mirip etalase, diletakkan berjajar tau-tau (patung kayu) yang dipahat semirip mungkin dengan orang yang meninggal. Satu patung mewakili satu orang, dan didandani sesuai dengan strata sosialnya sewaktu masih hidup.
Beberapa tau-tau bernilai tinggi karena sudah berusia ratusan tahun. Bawalah senter kepala untuk masuk ke gua.


Tak berbau
Sediakan sedikit nyali, karena begitu memasuki gua yang gelap dan lembab itu, tengkorak dan tulang belulang berserakan di mana-mana.
Beberapa tengkorak dan tulang belulang sudah diatur di celah-celah goa. Tengkorak dan tulang belulang itu jatuh saat erong rusak karena dimakan usia.









Pokoknya ini baru pertama kalinya M@s Letterno merasakan wisata yang rasanya ngeri-ngeri sedap gimanaaaaaa... gitu !!! alias Suereeeeeeemnya Pooooool..... tapi yah gitulah !!!!


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...