Kamis, 25 Agustus 2011

Mensikapi Anak Yang Sedang Stress


Di masa sekarang, kemampuan dan keterampilan orang tua menghadapi juga mengatasi stres pada anak menjadi hal tidak saja penting (important), tetapi sangat penting dan cukup genting (urgent). Stres merupakan fitrah yang bisa dialami siapa saja dan tidak selalu bisa kita hindari. Kemampuan dan kesiapan menghadapi stres pada anak-anak dan orang dewasa jelas berbeda meskipun masalah yang menyebabkannya sama. Anak-anak tentu sangat membutuhkan bantuan yang bukan sekedar dukungan moril. Mereka membutuhkan cinta, kasih sayang, perhatian, bimbingan dan keterlibatan peran orang tua untuk menguatkan ketahanan mentalnya dalam menyikapi dan mengatasi masalah, termasuk stres.

Dengan memahami gejala dan sumber penyebab stres pada tulisan sebelumnya, kita dapat mencari dan menentukan langkah untuk mengatasinya. Untuk mengatasi stres pada anak, diperlukan tindakan pencegahan, pengendalian serta melatih kesiapan anak sendiri. Melatih kecerdasan anak (terutama kecerdasan spiritual, emosi dan adversitasnya), menjaga kesehatan fisiknya, melatih kemampuan dan keterampilannya menghadapi tantangan atau masalah bisa menjadi langkah penanggulangan stres baik untuk anak. Latihan ini dapat menjadi bekal pembiasaan, baik fisik maupun sikap mental yang baik untuk perkembangannya, sehingga anak bisa memiliki ketahanan terhadap terpaan masalah dan stres. Paling tidak dalam hal ini, orang tua memiliki kemauan untuk lebih peduli, lebih memperhatikan dan lebih memahami faktor kesehatan dan perubahan tingkah laku si kecil demi menghadapi kemungkinan ia terbelenggu stres.

Mengapa hal itu penting kita lakukan? Karena stres berdampak besar terhadap kesehatan fisik dan mental anak, serta mengganggu proses tumbuh kembang anak dan pembentukan kepribadiannya. Bagaimana dampaknya?
Dampak Stres pada Anak

Dampak positif
Stres yang berdampak positif umumnya merupakan bagian yang normal dari proses belajar dalam kehidupan anak setiap hari. Misalnya, ketika anak mengikuti perlombaan tertentu, ia akan belajar arti kompetisi dalam mencapai keberhasilan. Stress yang dialami dalam kompetisi seperti ini bisa diarahkan untuk memotivasi semangat belajar, berlatih dan bekerja keras mencapai kemenangan, serta melatih kesiapan mental anak menghadapi kegagalan dan menerima kekalahan. Contoh lain, stres yang dialami anak ketika belajar bersepeda bisa dikembangkan untuk memotivasi usaha dan keinginanya agar cepat bisa. Bersepeda juga mengajarkan anak tentang teknik kecepatan dan keseimbangan, serta belajar mengenai sakit karena jatuh lalu bangkit untuk kembali belajar dari kesalahan sewaktu jatuh tadi. Bentuk stres seperti ini memberikan stimulasi positif untuk perkembangan kemampuan dan kecerdasannya sebagai bentuk belajar menghadapi tantangan, serta melatih keterampilan menyelesaikan masalah. Stres dalam tingkat ini tentu bukan bagian dari rasa tertekan yang mendalam yang bisa mengganggu perkembangannya.

Dampak negatif
Stress pada anak yang dibiarkan berlanjut dan berkepanjangan bisa menyebabkan dampak yang membahayakan. Dalam jangka pendek, dampak negatif stres ialah mengacaukan dan merusak emosi anak yang ditandai dengan gampang marah, sulit berkonsentrasi, dan mengalami kegelisahan yang berakibat sering mengompol. Dampak jangka panjangnya ialah bisa membuat anak mengalami chronic sress dan depresi di masa kecil. Kedua hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mental anak. Stres berkepanjangan membuat kualitas hidup anak begitu rentan karena stres sangat berisiko menurunkan kekebalan tubuh (immune system) yang bermanfaat dalam melawan penyakit dan infeksi. Stres juga bisa merusak sistem pencernaan, menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik, mengacaukan dan merusak stabilitas emosi, serta mengganggu perkembangan sel-sel otak anak.

Dampak negatif stres pada anak begitu serius. Jika kita sebagai orang tua tidak segera melakukan upaya pencegahan, penanggulangan dan mempersiapkan kemampuan anak untuk terlatih menghadapi stres, maka stres bisa mengubah dan merenggut keindahan masa kecil anak. Hal ini bisa ikut mempengaruhi kemampuan dan keberhasilannya dalam bersosialisasi dengan teman-temannya dan lingkungannya, menurunkan daya prestasinya (di sekolah), serta kesulitan dalam mengembangkan bakat dan minatnya sebagai salah satu faktor penting dalam proses perkembangannya dan kepribadiannya.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif stres lebih banyak terjadi pada anak berusia di bawah 10 tahun yang memiliki temperamen sulit dan anak yang dilahirkan prematur. Dengan demikian, usia balita sangat rentan terhadap stres, sehingga hal-hal baru yang dialaminya bisa berpotensi menimbulkan stres yang berdampak negatif terhadap mereka.

Bagaimana cara kita mengatasi hal tersebut? Untuk membantu mengatasi stres pada anak, diperlukan strategi pengendalian yang tepat dari orang dewasa, khususnya orang tua dan keluarga. Hal ini tentu harus berdasarkan tingkat usia dan perkembangan anak. Karena itu, kita perlu mempertimbangkan strategi atau upaya yang akan kita lakukan dengan kemampuan anak dalam memahami keadaan yang sedang mereka alami. Para pakar anak menyebutkan bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serta mengurangi stres pada anak. Cara-cara ini berawal dari tingkat pencegahan, pembelajaran dan latihan pengendalian, hingga penanggulangan stres pada anak.
Mencegah stres pada anak

Sebelum si kecil mengalami stres, alangkah baiknya jika orang tua selalu berusaha menjalin dan menjaga kedekatan hubungan dengan anak secara harmonis, dengan melakukan hal-hal berikut ini.

* Berkomunikasi dengan anak secara aktif dalam berbagai hal merupakan cara yang tepat untuk mengetahui dan memahami banyak hal tentang anak. Apa yang tengah ia rasakan, masalah apa yang ia hadapi, serta gagasan-gagasan apa yang ingin ia keluarkan. Menjadi penanya dan pendengar yang aktif dan responship merupakan kunci berkomunikasi dengan si kecil. Makan bersama, ngobrol atau meluangkan waktu untuk menemaninya bermain dan mendampinginya mengerjakan tugas/PR, kita bisa mengetahui dan memahami perubahan-perubahan sikap atau tingkah si kecil, serta perkembangan kondisi buah hati kita. Hal ini selain menjaga kedekatan batin dan kepercayaan, juga bisa menjadi kebiasaan anak untuk mengkomunikasikan pengalaman emosional dan intelektualnya terhadap orang tuanya. Dengan menjaga kelancaran berkomunikasi dengan anak, kemungkinan anak mengalami stres bisa dicegah
* Bersikap terbuka terhadap anak, dengan mengkomunikasikan hal-hal dalam keluarga secara proporsional. Hal-hal baru dalam keluarga bisa menyebabkan stress pada anak, misalnya kelahiran adiknya atau kehadiran anggota keluarga baru. Penting bagi orang tua untuk jauh-jauh hari menyampaikan hal ini kepada anak, serta mempersiapkan mental anak dengan cara memberikan pengertian dan pemahaman yang bisa membuatnya menerima perubahan tersebut. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya mengenai hal ini sesuai dengan keingintahuannya, sehingga orang tua bisa menilai sejauh mana pengertian dan pemahaman anak mengenai hal ini. Dengan melakukan hal ini, kemungkinan anak terkena stres bisa dicegah.
* Jangan membebani anak dengan masalah yang dihadapi orang dewasa atau orang tua. Berikan anak pengertian mengenai tujuan hidup keluarga, dan ssesekali ajaklah anak berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi keluarga dengan sikap bersahabat dan menyenangkan, serta cara yang bisa dimengerti anak.
* Jangan membebani anak dengan tuntutan yang terlalu banyak dan berlebihan, misalnya harus selalu juara kelas, harus berprestasi di bidang tertentu dan harus menjadi nomor satu dalam segala hal, hanya akan membuatnya terbebani dan tertekan. Mereka bukan yang sempurna, memiliki kelemahan, kekurangan yang harus kita terima. Berikan ia kebebasan untuk menemukan kenyamanan dalam diri dan aktivitasnya. Jangan pula membebani anak secara berlebihan dengan mengharuskan mengikuti banyak aktivitas seperti les atau kursus di luar sekolah. Sekolah dan materi belajar di sekolah, serta tugas-tugas sekolah (PR) pun sudah cukup berat dan padat. Kalaupun ingin memberikan les, berikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya agar ia merasa nyaman dan tidak merasa dipaksa. Bantu dan berikan kesempatan si kecil untuk belajar mengatur waktu mereka dengan baik

Melatih si kecil menghadapi stres

Stres yang dialami si kecil bisa berawal dari hal-hal yang kita anggap biasa, seperti berebut mainan dengan temannya, cara dan ekspresi kita saat menegurnya atau tugas sekolah. Jika ia stres dengan hal tersebut, maka ia akan mengalami kegelisahan. Hal ini bisa berlarut-larut jika kita biarkan. Ketika si kecil menunjukkan gejala-gejala stres bahkan depresi, segera dekati dan ajak ia bicara, dan tanyakan penyebabnya dengan cara yang tidak membuatnya merasa diserang atau dipaksa. Mulailah berbicara, ngobrol sebagai sahabat sekaligus orang tuanya untuk menyiapkan kemungkinan mengeliminasi penyebab kegelisahannya dan mengatasinya. Orang tua bisa mengajarkan anak berlatih menghadapi dan mengurangi kadar stres dengan relaksasi ringan ala Michele Borba, pengarang Big Book of Parenting Solution seperti dilansir kompas.com berikut ini.

1. Melatih pernapasan
Ajarkan si kecil untuk meniupkan kekhawatirannya lewat hembusan napas. Ajar mereka untuk melakukan gerakan seakan meniup balon yang ada di dalam perutnya. Gerakan ini dimaksudkan agar si kecil menghirup napas yang dalam, tahan hingga 3 hitungan, lalu hembuskan sambil mengeluarkan suara “aaaa”. Letakkan telapak tangan si kecil pada perutnya untuk ia merasakan napasnya yang masuk ke dalam perutnya. Seringnya si kecil bernapas dengan dada dengan gapah, bukan dengan perutnya. Mengambil napas dalam-dalam dan perlahan adalah cara termudah untuk meredam stres dan membiarkan kekhawatiran mereda.
2. Membiarkan ketegangan melayang
Coba minta anak Anda untuk menegangkan setiap otot pada tubuhnya dan kaku seperti kayu, sehingga setiap tulang pada tubuhnya tegang. Tunggu beberapa saat, lalu dalam hitungan cepat, minta ia untuk membuat tubuhnya sangat lunglai. Saat ini dilakukan berulang kali, ia akan mengetahui cara membuat tubuhnya relaks. Ketika ia sudah mengenali tubuhnya sendiri, ia bisa menyadari bagian-bagian mana pada tubuhnya yang terasa kaku ketika ia sedang dalam tekanan (stres), entah itu lehernya, pundaknya, atau rahangnya. Ketika salah satu bagian pada tubuhnya menegang akibat stres, minta ia untuk menutup matanya, berkonsentrasi pada titik tersebut, buat bagian tersebut menegang selama 4 detik, lalu lemaskan. Saat melakukan teknik ini, minta ia untuk membayangkan stres dan kekhawatirannya terbang mengawang dari atas kepalanya dan jari-jari kakinya hingga ia benar-benar merasa tenang dan kalem.
3. Kata-kata positif untuk tetap tenang
Ajarkan si kecil untuk mengucapkan kata-kata penguatan di dalam kepalanya untuk meredakan ketegangan. Cari cara dan bahasa yang mudah ia katakan dan artinya cukup besar, misal “Tenang,” “Aku pasti bisa,” “Tenang dan bernapas pelan,” atau “Ini bukan hal yang sulit.”
4. Tempat nyaman
Coba tanyakan pada si kecil, di mana ia biasa merasa sangat tenang. Misal; pantai, ranjangnya, rumah kakek, atau tempat bermainnya yang lain. Ketika ia merasa sangat tegang, mintalah ia untuk menutup matanya dan membayangkan lokasi tadi sambil bernapas perlahan.
5. Formula 1 + 3 + 10
Katakan pada si kecil, ketika ia mulai merasakan tubuhnya tegang karena ada rasa tertekan, ajarkan ia formula 1+3+10. Pertama, angka 1 merupakan ucapan ia dalam hatinya untuk “tenang”. Selanjutnya, angka 3 melambangkan banyaknya napas perlahan dan mendalam yang harus ia hirup dan hembus dari perutnya. Sementara angka 10, merupakan hitungan yang di dalam kepalanya. Tempelkan formula ini di kamarnya atau di lemari es agar ia terus mengingat formula tersebut.
6. Kotak pembasmi stres
Tak ada cara yang benar maupun salah dalam mengurangi tingkat stres. Kuncinya hanyalah menawarkan pilihan agar si kecil bisa memilih apa yang terbaik untuknya. Ketika ia sudah menemukan penghilang stresnya sendiri, ia harus terus melatihnya hingga ia bisa menghapuskan stresnya sendiri. Keluarga bisa menciptakan kotak pembasmi stres. Isi kotak tersebut dengan alat-alat pembasmi stres. Misal, kertas kosong dan pensil (untuk menggambar stres yang pergi menjauh), bola remas, lilin mainan atau tanah liat untuk dibentuk, mp3, atau cd relaksasi. Isi kotak ini bisa digunakan tiap ada anggota keluarga yang merasa stres atau tertekan.
7. Relaksasi dan pernapasan dengan yoga
Saat ini latihan yoga sudah sangat bervariasi dan bisa diikuti oleh siapa pun, termasuk anak-anak. Coba ikuti kelas yoga bersama si kecil agar ia bisa belajar melatih pernapasan. Atau belilah DVD yoga untuk berlatih bersama di rumah.

Cara-cara di atas dapat melatih dan mempersiapakan si kecil menghadapi stres yang bisa menyerangnya kapan saja, sehingga anaka memiliki senjata psikologis untuk menghadapi berbagai tantangan dalam dunianya, serta belajar mengendalikan emosinya dalam menghadapi masalah, dengan kondisi fisik dan mental yang lebih sehat. Lalu bagaimana cara menanggulangi atau mengatasi stres yang sudah telanjur menyerang anak?
Menanggulangi stres yang dialami anak

Selain tindakan mencegah, melatih dan mengendalikan stres, sebagai orang tua, kita juga harus mau dan mampu menanggulanginya agar stres yang dialami anak tidak berlarut-larut dan berkepanjangan menjadi depresi. Kita bisa melakukan beberapa hal berikut berkaitan dengan menjaga kondisi fisik, stabilitas emosi dan menciptakan lingkungan yang nyaman.

* Berikan anak asupan nutrisi yang baik dan bergizi agar kondisi badannya tidak melemah. Atur pola istirahatnya dengan tidur cukup agar sel-sel otaknya bisa rileks dan memacu pertumbuhan hormon-hormon pembangkit mood juga semangat. Kedua hal ini sangat membantu kestabilan tenaga dan emosi anak-anak dalam menghadapi stress.
* Luangkan dan ciptakan quality time untuk anak. Manfaatkan sesempit apapun waktu untuk berkomunikasi dengan anak setiap hari. Tanyakan kondisi anak, dengarkan ketika ia bercerita mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya, berikan respon positif dan biarkan ketika ia menuliskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya dengan menulis diary. Hal ini akan membantu mengurangi kadar stres bakan bisa mengobatinya karena ia merasa sangat berarti bagi orang tuanya.
* Ciptakan suasana nyaman di rumah dan siapkan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan anak, sehingga ia dapat bermain, berimajinasi, mengembangkan kreativitasnya, serta mengekpresikan bakat seninya, seperti bermusik, menggambar, menulis, menari dan berkerasi dengan kertas atau tanah liat. Seni-seni seperti ini bisa menjadi terapi kecerdasan dan kesehatannya.
* Bantulah si kecil untuk belajar mengidentifikasi bermacam strategi penanggulangan stres. Misalnya, mengajarkannya cara meminta pertolongan jika ada seseorang yang mengganggunya, mengajarinya bersikap terbuka dengan mengatakan apa yang disukai dan tidak disukainya atau meninggalkan orang yang bisa menganggu kenyamanannya
* Berikan anak pengetahuan dan pengertian untuk mengenal emosi, menamai bentuk-bentuk emosi atau perasaannya, serta menerima dan mengekspresikannya dengan tepat. Hal ini dapat membantunya mengelola emosi dan menyalurkan stresnya
* Ajarkan anak untuk mentransfer strategi pengendalian stres dengan mengalihkannya kepada situasi yang lain, misalnya membayangkan tempat-tempat yang disukai untuk dikunjungi dan menghayal mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini juga befungsi sebagaai langkah melatih anak menghadapi stres.
* Berikan pujian yang logis dan wajar setiap kali mereka melakukan hal-hal yang baik. Pelukan hangat atau ciuman sayang bisa dilakukan agar mereka merasa dihargai dan dicintai, sehingga ketika ia mengalami stres ia tidak akan merasa dirinya benar-benar “hilang” dan tak berguna. Ia akan merasa memiliki orang yang siap mendukungnya dan mempercayai orang tuanya.
* Ciptakan dan gunakan humor-humor segar untuk mencairkan kegelisahan dan kesedihannya akibat stres. Ajaklah ia menonton tayangan komedi yang baik, yang bisa membuatnya tertawa lepas. Humor bisa menjadi penyangga perasaan dari situasi yang kurang baik, dan tertawa senang bisa meningkatkan mood-nya. Selain itu, humor juga baik untuk menjaga persepsi anak tentang hidup dan permasalahannya. Anak bisa memandang masalah yang dihadapinya dengan sisi humornya, sehingga ia tidak terbelenggu stres.
* Berikanlah contoh dan teladan yang baik kepada mereka sehingga mereka akan meniru tingkah laku orang tuanya. Tunjukkan kepada mereka keahlian untuk mengontrol pengendalian diri dan keahlian untuk mengendalikan stress. Dengan melihat hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka karena nantinya mereka akan mampu mengendalikan stress mereka secara baik.
* Cari informasi mengenai penanggulangan stres pada anak melalui media massa, seperti televisi, koran, majalah, dan internet. Saling berbagi pengalaman mengasuh anak dan bertukar pikiran mengenai masalah anak-anak dengan teman atau sahabat sangat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai penanggulangan stres. Jika masalah yang dihadapi terlalu berat untuk dihadapi sendiri, jangan segan untuk mengajak anak berkonsultasi dengan ahli atau para profesional.
* Tanamkan dan ajarkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini. Sebaik-baik tempat berkeluh kesah dan mengembalikan masalah adalah Allah SWT. Ajaklah si kecil untuk membiasakan diri beribadah dan berdoa untuk menumbuhkan kebutuhan spiritual dalam dirinya, serta mengembangkan kecerdasan spiritualnya dalam menghadapi stres yang ia alami. Kelak, pembelajaran dan pendidikan seperti ini bisa membentengi mental dan jiwanya dari keterpurukan saat menghadapi masalah karena ia mempercayai dan meyakini kekuatan Tuhan.

Sejatinya, dalam setiap kesulitan ada kemudahan, dan dalam setiap masalah tersimpan hikmah bagi orang yang mau membacanya. Pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai stres merupakan informasi, wawasan keilmuan yang bermanfaat bagi kita, para orang tua dalam menerapkan strategi untuk mencegah, mengendalikan, melatih kesiapan anak mengahdapi stres, serta mengatasinya. Dengan demikian, kita bisa menyelamatkan masa tumbuh kembang si kecil dan mengembangkan potensinya secara optimal.

sorce : http://niahidayati.net/mengatasi-stres-pada-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...